Pages

Minggu, 13 Januari 2013

Pengalamanku Diet

Halo teman-teman, kali ini aku akan berbagi mengenai pengalamanku berdiet sehingga aku bisa turun mencapai angka 61 kg. Selamat membaca.

Cerita Masa Lalu
Loh, judulnya bilang Pengalaman Diet, tapi kok malah bahas masa lalu.? Iya, tenang saja, nanti pasti akan ke sana. Baca aja ceritanya, nanti juga akan mengerti, kenapa harus berawal dari masa lalu. Tidak usah berlama-lama, langsung saja ke cerita masa lalu. Cerita ini berawal beberapa tahun yang lalu. Aku waktu itu duduk di bangku kelas 3 SMP. Kalau sekarang namanya kelas 9. Waktu itu aku punya cita-cita menjadi seorang tentara. Setiap pagi aku selalu menyempatkan diri untuk melakukan olah raga lari. Saat itu jarak lari yang mampu aku tempuh mencapai beberapa kilometer. Rutinitas lari pagi itu berakhir ketika aku sudah duduk di bangku SMA. Saat SMA aku terpaksa harus pindah. Mungkin tidak bisa dikatakan pindah, tapi hanya menumpang di kota sebelah. Yaitu kota Tulungagung. Aku harus numpang di sana untuk mengejar keinginanku les komputer. Cita-cita menjadi tentarapun mulai lenyap. Maklum, masih labil, jadi masih punya banyak cita-cita. Meskipun rutinitas lari pagiku yang setiap hari mulai berakhir, aku tidak pernah meninggalkan latihan. Setiap minggu pagi aku masih sempat untuk lari pagi (dengan motivasi yang agak beda seh - tidak perlu diberitahukan apa motivasinya. hehe).



Kelas 2 SMA, aku merasa kurang jika hanya lari pagi seminggu sekali. Akhirnya, aku putuskan untuk ikut PS. Latihan PS aku lakukan seminggu 2 kali pada saat malam hari. Dan saat itu juga aku mulai merakit sepeda pancal, untuk memenuhi hobiku yang senang bersepeda. Pada saat itu masih belum ada perubahan dari fisikku yang kurus. Stamina juga masih oke. Mancal (mengayuh) sepeda dari Tulungagung sampai Trenggalekpun juga tergolong kegiatan yang biasa-biasa saja. Padahal butuh 1,5 jam dengan kecepatan yang tidak santai untuk sampai di rumah. Kegiatan fisik lain yang aku lakukan adalah jalan santai. Tapi jalan santai yang tidak biasa. Jalan santai ini aku lakukan bersama ayahku. Tujuannya adalah berjalan ke gunung atau pantai. Jarak terjauh yang pernah aku dan ayah tempuh adalah pantai Prigi. Kami berjalan tanpa alas kaki selama 5 jam untuk sampai ke tempat tersebut. Bagaimana dengan berat badan? Dari tadi curhat thok ikz. Maap2. Yang aku ingat, aku pernah menimbang bobot pada saat awal kelas 3. Bobotku pada saat itu mencapai 55kg dengan tinggi 173cm. Bobot ini tergolong underweight. Kegiatan fisik yang aku lakukan pada saat SMA harus dibarengi dengan minimnya uang saku untuk memenuhi nutrisi yang aku butuhkan.

Ya, masa lalu memang indah bukan? Tapi, semuanya berubah setelah negara api menyerang. Hloh? Hehehe. Bukan itu lah, yang benar, semuanya berubah setelah aku harus pindah ke kota Malang untuk melanjutkan kuliah. Pada saat kuliah, aku sangat beruntung. Berbeda dengan anak-anak lain dari luar kota yang harus ngekos. 2 tahun pertama aku ikut sama bulek (sebutan untuk adiknya orang tuaku). Di tempat ini (karena aku masih di Malang) kehidupanku berubah. Sangat berubah. Mungkin berubahnya sudah mencapai sudut 180 derajat. Dulu punya masalah uang saku. Sekarang, uang saku tidak pernah menjadi masalah. Dulu kendaraan tercepatku adalah sepeda pancal, sekarang kendaraan tercepatnya adalah sepeda motor. Tenaganyapun dari bensin. Dulu kalau mau makan enak, harus mikir-mikir, uang nih cukup kagak ya. Nah, di rumah bulek, makanannya enak-enak, dan berlemak-lemak. Dan aku selalu disuruh makan banyak. Awalnya seh gak bisa makan banyak karena sudah terbiasa dengan makan porsi kecil. Tapi, lama kelamaan pola makanku berubah. Banyak n berlemak. Suhu kota Malang juga mempengaruhi hidupku. Boro-boro mau lari pagi, bangun aja enggan kok. Abis sholat subuh langsung mancal slimut lagi. Beberapa bulan kemudian aku mulai sadar, kalau kehidupanku berubah. Akhirnya semester 2, aku ikut teater PROSES dan juga ikut PS lagi. Latihan PS dilakukan pada malam hari. Tapi ternyata, masih ada satu masalah. Masalah yang paling besar. Masalah itu adalah kuliah. Kuliah ini menggerotiku waktuku dengan sangat banyak. Kuliah menuntut waktu tambahan di malam hari untuk mengerjakan tugas. Kuliah kadang juga menuntut waktuku di siang ataupun sore hari untuk masuk dalam kelas. Jadwalku benar-benar kacau. Aku harus banyak duduk, belajar dan mengerjakan tugas. Buku-buku dan tugas tersebut seperti tali yang menjeratku agar tidak melakukan apa-apa. Dia seperti pacar yang sangat posesif yang selalu membatasi gerakku. Mau ini kepikiran, mau itu juga kepikiran. Jadi deh cuma mikirin kuliah. Yang tetap bertahan adalah teater PROSES. Tapi apa? Di Teater PROSES aku malah numpang tidur di sanggar untuk memenuhi kebutuhan tidurku yang kurang. Akh, kehidupan apa ini.?

Kuliah di awal tahun ke 3. Aku berniat untuk melepaskan diri dari bulek. Aku ingin ngekos dengan harapan aku bisa seperti dulu, ketika masih SMA. Tapi? Apakah berhasil? Jawabannya adalah tidak. Di tahun ketiga itu aku menetapkan langkahku untuk menjadi programmer. Belajar pemrograman terus dan terus. Awal tahun ke 4 aku mulai menjadi seorang kelelawar yang berkeliaran di malam hari. Hidupku kacau. Makanpun masih tetap banyak dan berlemak. Olah fisik mulai hilang sama sekali. Kemampuan fisik mulai menurun dan mudah capek. Semua orang bilang kalau aku gendut. Bahkan beberapa orang memanggilku dengan sebutan gendut. Lalu aku mencoba melihat berapa sebenarnya berat badanku. Waktu itu aku kurang ingat dengan pasti angkanya, yang jelas diantara interval 75 - 80. Apa? Betapa kagetnya aku dengan angka tersebut. Pantes saja semua orang bilang aku gendut dan kemampuan fisik menurun.

Percobaan Pertama
Percobaan pertama aku tidak mengatur pola makan. Pola makan masih tetap banyak dan berlemak. Tapi, pada percobaan pertama ini aku berusaha untuk berjalan. Tinggalkan sepeda motor. Akhirnya aku berjalan dari kosanku di jalan candi blok 2A no 401 ke kampusku di jalan gombong. Percobaan pertama ini gagal karena inkonsistensi. Aku tidak konsisten untuk menjalankannya. Kadang masih saja bersepeda. Dan lama-lama jadi males berjalan.

Percobaan Kedua - "Buk Nasinya setengah ya".
Percobaan kedua aku lakukan dengan mengurangi nasi dengan porsi setengah dari biasanya. Awalnya tempat-tempat makan yang sering aku datangi bingung saat aku berkata "Buk, nasinya setengah ya." Ibu itu langsung tanya gini : "Tambah setengah?". Dan tidak jarang juga dapat ejekan. Bahkan yang ibu pecel gak rela kalau aku makane cuma sedikit. Apa-apaan? Tapi, aku sudah niat, aku tidak boleh luluh oleh ejekan. Dalam kurun waktu seminggu saja, lambungku sudah bisa beradaptasi dengan ukuran nasi yang hanya setengah. Ini berlangsung selama beberapa minggu, sampai tempat-tempat makan yang biasa aku datangi hafal dengan kebiasaanku.

I Love Dance
Hanya mengurangi nasi mah masih kurang. Tidak ada kegiatan fisik. Dari dulu saat munculnya STEP UP, aku sangat terinspirasi sekali dengan dance. Aku mencoba mencari-cari referensi di Youtube tentang cara-cara ngedance. Dan aku praktek dance di kosan. Dance yang kacau, tapi aku suka. Hampir setiap sore aku ngedance gaya kacau.

Masih Kurang Percobaan kedua membuatku merasa ingin mengeksplorasi makanan sehat dan pola diet yang benar. Bermodal internet aku mencari-cari referensi tentang makanan sehat. Mencari-cari pola makan yang sehat. Mencari-cari resep makanan yang sehat. Dan aku menemukan ternyata ada banyak pilihan bentuk diet yang bisa kita coba, salah duanya adalah "morning banana diet" dan "diet telur". Morning banana diet adalah diet dengan cara makan pisang sebagai pengganti sarapan. Pisan kaya akan kalori, dimana satu buah pisang mengandung kalori yang cukup untuk melakukan aktivitas seharian. Kalau "diet telur" adalah diet yang menyertakan telur sebagai penggantu sarapan. Telur mengandung protein. Protein ini yang membuat kenyang. Sarapan 2 butir telur di pagi hari akan membuat kita kenyang sampai jam makan siang. Akhirnya aku memilih diet telur sebagai pilihan pertama. Aktifitas fisik yang aku lakukan adalah berjalan dari kosan ke kampus dengan beban (bebannya ada di dalam tasku, siapa yang pernah mencoba membawa tasku? haha). Dan dance juga tetap jalan.

Tanpa Nasi Hampir setiap hari aku browsing soal diet dan juga makanan-makanan sehat. Aku tertarik untuk mencari fakta nasi. Dari banyak sekali situs yang aku dapatkan tentang nasi, ternyata hanya 1 situs yang menyebutkan nasi baik. Tapi situs tersebut membandingkan nasi dengan roti. Mereka sama-sama merupakan kelas karbohidrat sederhana. Dan aku juga ragu dengan penelitian yang dilakukan situs tersebut, kenapa? Karena yang melakukan penelitian adalah mahasiswa. Tapi, aku tidak bermaksud merendahkan kemampuan mahasiswa lho. Masalahnya adalah banyak sekali yang menyebutkan nasi itu tidak baik dan alasan ilmiahnya juga ada, sedangkan yang mahasiswa lakukan adalah mengambil sample dari 1 sekolah. Aku akan mencoba menjelaskan kenapa nasi itu tidak baik dengan bahasaku, entar, kalau salah harap dibenarkan ya. Ini alasanya : Setiap makan bertipe karbohidrat memiliki yang namanya GI (Glycemic Index). Yang dimaksud dengan GI adalah waktu yang dibutuhkan untuk merubah karbohidrat tersebut menjadi gula darah. Semakin tinggi nilai GI, semakin cepat makanan tersebut dirubah menjadi gula darah. Dan karbohidrat yang baik dikonsumsi adalah karbohidrat yang GI-nya kurang dari atau sama dengan 60. Apa fungsi dari gula darah? Gula darah ini nanti akan menjadi sumber energi kita untuk beraktifitas. Nah, berapa nilai GI dari Nasi? Ternyata, nilai GI-nya adalah 80. Bayangkan, nasi berada 20 point lebih cepat dirubah menjadi gula darah dibandingkan dengan batas maksimum karbohidrat yang dapat dikonsumsi. Apa yang terjadi jika tubuh kita mengalami peningkatan gula darah dengan cepat? Yang terjadi adalah otak kita akan mendapatkan sinyal bahwa tubuh sedang dalam keadaan darurat karena kelebihan gula darah. Otak kita lalu mengisyaratkan penghasil insulin untuk mengeluarkan insulin guna menurunkan gula darah. Akhirnya gula darahpun turun, tapi turun juga dengan sangat drastis. Otak lalu mengisyaratkan pada perasaan kita untuk mengkonsumsi makanan yang manis-manis guna menambah gula darah. Ini akan berlangsung terus dan terus. Akibatnya apa? Kita tidak bisa lepas dari nasi. Nasi yang kita makan sebenarnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan gula darah. Kenapa kalau tidak makan nasi tidak bisa kenyang? Aku rasa, udah jelas jawabannya, karena gula darah yang diinginkan tidak tercukupi. Oleh karenanya kita sangat susah lepas dari nasi. Bahkan ada yang bilang kalau nasi itu membuat kecanduan. Ya, nasi membuat manusia kecanduan makanan manis. Apa yang terjadi jika terlalu banyak makanan manis? Tentu yang sangat jelas adalah diabetes. Coba di cek, ada berapa orang di Indonesia yang menderita diabetes? Dari alasan itulah, aku pada tanggal 4 maret 2012 berjanji pada diriku untuk meninggalkan nasi dan menggantinya dengan jagung, kentang dan roti gandum. Awalnya memang sangat berat untuk meninggalkan nasi, karena memang masih ada efek kecanduan. Tapi, ternyata tubuh manusia itu sangat cepat beradaptasinya. Hanya dalam seminggu saja aku sudah bisa lepas dari jeratan nasi. Pola makan berubah, kebiasaan makan juga berubah. Nasi hilang, yang sering aku konsumsi adalah pecel tanpa nasi, sayuran, cap jay, dan telur rebus.

Mengatasi Kebosanan Saat menjalani pola makan yang seperti ini, tentu saja akan mengalami kebosanan. Lha wong makan enak terus aja bisa bosan kok. Lantas, bagaimana caranya mengatasi kebosanan? Seminggu sekali atau 2 kali aku selalu memanjakan diriku dengan makanan yang manis. Yang aku pilih adalah coklat. Karena aku sangat suka sekali dengan coklat. Hikz T_T jadi pengen. Ups, entar aja deh, aku beli. xixixi. Tapi ingat, jangan terlalu banyak, entar malah jadi kencanduan coklat.

Menambahkan Latihan Fisik Tanggal 26 April 2012, aku merasa kalau hanya turun berat badan saja masih kurang bagiku. Aku ingin bereksperimen dengan tubuhku. Aku ingin mengembalikan masa indah mudaku. Akhirnya dimulai tanggal 27 April aku mulai menambahkan latihan fisik. Latihan yang aku lakukan hanyalah lari-lari biasa seperti saat aku muda dulu. Beberapa hari lari, ternyata membosankan juga. Akhirnya aku browsing lagi untuk mencari tipe-tipe latihan yang menyenangkan dan juga dapat membesarkan otot agar aku jadi tikar - tinggi kekar. Dari situ aku menemukan ternyata latihan fisik ada 2 macam. Yang pertama adalah latihan kardio, gunakan untuk membakar lemak. Yang kedua adalah latihan beban, gunanya adalah untuk membesarkan otot.

Merasakan Perubahan Awalnya aku melihat temanku yang tidak makan nasi adalah mustahil jika aku terapkan pada diriku, tapi sekarang memang hidup tanpa nasi itu mudah. Kita hanya cukup menghancurkan tembok besar itu. Tembok besar itu tidak dapat dihancurkan dengan palu besar maupun meriam. Tapi kita bisa menghancurkannya dengan palu kecil dengan cara mengikisnya perlahan. Itulah kesabaran, untuk menghilangkan kecanduan dari nasi memang kesabaran sangat diperlukan. Aku dulu sempat berpikir tanpa nasi aku tidak bisa hidup, tapi ternyata aku masih hidup hingga sekarang. Setelah menghindari nasi dan mengatur pola makan bobotku turun ke angka 70 kg. Sekarang aku bisa merasakan nikmatnya masa muda yang energik. Berlari, push up, sit up, dll. Rasanya nafasku panjang. Bahkan bobotku turun lagi ke angka 61 kg. Bobot ini adalah bobot yang paling ideal. Sekarang aku masih ingin berksplorasi lagi terhadap tubuhku untuk melakukan aktifitas yang lebih super. Mencoba melakukan latihan untuk memaksimalkan VO2. Dan juga ingin mengikis seluruh lemak yang ada di tubuhku. Inilah pengalamanku. Bagaimana dengan kamu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar